Sky Lover

Thursday, June 16, 2011

I Tell You This, Because I Love You :D

Ngeri ya liat kebiadaban bangsa Israel :(


Bismillah.
Kisah ini saya saksikan sendiri di TV one beberapa tahun yang lalu, ketika agresi Israel ke Palestina membabi buta. Seorang wartawan dari Indonesia yang meliput kondisi Palestina pasca agresi Israel besar-besaran beberapa tahun lalu menangis dan merasa terharu atas kebaikan orang-orang palestina. Dalam kondisi berperang, dalam kondisi kehilangan sanak saudara dan harta benda, dalam kondisi kalang kabut, warga Palestina masih saja mengutamakan ‘menghormati saudara seimannya’. Wartawan ini sangat diterima dengan ramah di rumah warga palestina yang hanya berupa puing-puing bangunan. Mereka sangat senang kedatangan tamu dari Indonesia yang merupakan Negara Muslim terbesar di dunia itu.

Setelah satu minggu wartawan ini meliput kondisi palestina pasca agresi Israel, tiba saatnya ia harus kembali ke Indonesia.Ia berpamitan dengan beberapa warga palestina yang pernah ia kunjungi. Wartawan ini sangat tersentuh dengan kebaikan hati mereka. Seorang warga memberikan syal sebagai hibah. Seorang lagi memberi barang yang berbeda. Hal yang paling mengharukan adalah ketika seorang warga berkata “Hanya ini yang bisa saya berikan untukmu, saudaraku” dan ia menyodorkan SEBUTIR PERMEN.

“Ya Allah, di tengah Zionis Israel menghadiahkan apatche-apatche di tanah mereka, menaburkan logam-logam panas di ubun-ubun mereka, menyebarkan pesan kematian bagi mereka, di saat kondisi rumah mereka yang tinggal puing-puing, anak dan saudara mereka wafat berserakan di jalanan, mesjid-mesjid mereka dirobohkan, mereka tetap mampu membahagiakan saya, walau hanya dengan sebutir permen!”, ungkap wartawan itu dengan nada bergetar saat diwawancara.

Teman-teman, itulah yang disebut dengan persaudaraan dalam islam. Seorang warga Palestina berusaha menghormati dan membahagiakan tamunya walau dengan sebutir permen. Semua kisah itu adalah bukti bahwa islam memang agama kasih sayang.

Sekarang pertanyaannya adalah “Bagaimana dengan kita?” 


Jangankan rela menyengsarakan dan merugikan diri sendiri demi kebahagiaan orang lain, membantu orang lain tanpa merugikan diri sendiri saja kita sering enggan.

Pernahkah kita peka melihat teman yang sedang sedih atau sakit?Pernahkah kita dengan sukarela sekedar bertanya “ada yang bisa saya bantu?” Atau pernahkah ketika kita dalam kesulitan, kita masih berkeinginan untuk membahagiakan orang lain seperti halnya warga palestina yang ingin membahagiakan sang wartawan di tengah perang berkecamuk?

Teman, kita terlalu egois!
Terlalu sulit bagi kita untuk menanggalkan selimut keangkuhan yang melekat hebat di dalam hati kita.Mulai saat ini, marilah kita coba untuk lebih peka, lebih mencintai, lebih merasa membutuhkan ‘menolong’ orang lain.

Tak usahlah merasa berat ketika membantu membawakan fotokopian teman dari sunken. Tak usahlah merasa rugi ketika dititipi membeli minuman dari kantin bengkok. Atau jika kita memang tidak dapat melakukan itu, minimalnya sunggingkanlah sedikit senyuman manis tatkala kita bertemu dengan seorang teman. Sapalah orang-orang yang kita kenal. Karena tidak menutup kemungkinan hal itu dapat meringankan rasa sakit mereka, mengahapuskan awan kesedihan dari hati mereka. (ada hadistnya lhooo)

Kawan, mari kita ulurkan tangan untuk lebih mengasihi dan membantu. Bukan mengasihi dan membantu orang lain, bukan pula mengasihi dan membantu orang nan jauh disana. Mari kita ulurkan tangan untuk lebih mengasihi dan membantu minimal orang yang sekarang berada disamping kiri dan kanan kita.


Semoga bermanfaat :D
Dago Timur, 2 Februari 2010

No comments:

Post a Comment