Sky Lover

Monday, June 20, 2011

Please, Enyahlah Kau Futur!

Apa kabar iman hari ini? Apa kabar qiyamullail hari ini? Apa kabar menuntut ilmu hari ini? Apa kabar tilawah hari ini? Apa kabar... apa kabar... apa kabar?


Haduuh.. pertanyaan seorang teman (sebut saja namanya Atid) sore kemarin membuat saya tak tahu harus menjawab apa. Iman hari ini rasanya sedang surut ke palung terdalam. Qiyamullail hari ini ya gituuu deehhh. Menuntut ilmu? Tilawah? Hwaaa, gak tahu lagi saya harus jawab apa. Hehe. Melihat gelagat muka saya yang udah gak kobe (kontrol beungeut), Atid kemudian menyenggol saya dengan sindiran, "Hayooo. Kamu pasti ngerti apa sebenernya masalah utama yang sedang kamu hadapi." 

Hmmmm, wah iya juga ya. Setelah ditaburi berjuta pertanyaan seputar 'amalan harian', saya jadi ngerti sendiri. Awalnya, tujuan saya bertemu Atid adalah untuk mencurahkan segala gundah gulana dan segudang masalah yang akhir-akhir ini terasa berat di pundak saya. Tapi tanpa disangka, Atid malah menghujani saya dengan pertanyaan-pertanyaan di atas.



FUTUR!
Yap, saya mengerti arah pertanyaan Atid. Ia ingin saya sadar bahwa saya sedang futur. Futur adalah sebuah kondisi dimana seseorang berhenti bergerak atau merasa malas untuk bergerak setelah sebelumnya aktif bergerak. Atau simpelnya, futur ituuuu... ya malas! Malas nyari ilmu, malas tilawah, dan malas-malas lainnya yang menyebabkan kita jauh dari Allah.

Ah, memang iya! Saya sedang futur. Saya sangat kacau balau. Saya sedang berada di titik terjauh dari Allah. Wajar sekali kalau saya merasa gundah gulana dan tidak tenang. Bukankah "hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenang?"

Saya akui, saya sedang berada di kadar keimanan terendah, sehingga wajar kalau saya merasa berhadapan dengan masalah yang sangat besar, dan lupa bahwa ada Allah yang Maha Besar. Ahhh, Atid. Kau memang cerdas! Terima kasih sudah mengingatkan :)

Sore ini, saya mencoba mencari-cari keterangan tentang futur. Apa penyebabnya? Bagaimana mengatasinya? Bagaimana mencegahnya? Lalu saya teringat pada buku catatan ngaji saya. Alhamdulillah, saya menemukan beberapa coretan. Here we go! 

Penyebab futur:
1. Berlebih-lebihan dalam hal yang mubah.
Mubah itu artinya boleh dilakukan. Misalnya, nonton TV, tidur, dan lain-lain. Nah, ternyata, terlalu banyak melakukan hal-hal mubah dapat menjerumuskan kita ke dalam lubang kefuturan


2. Sedikit mengingat akhirat
Wuiiihhh. Serem nih! Lupa akhirat mah bukan hanya membuat kita futur, tapi bisa bikin kita tersesat dan celaka

3. Melalaikan amalan harian
Hmmm, pantes aja saya futur. Amalan hariannya mulai kendor sihhhh :D

4. Masuknya barang haram ke perut

Hati-hati ya dengan yang namanya makanan haram. Selain menjadi penghalang terijabahnya doa, ternyata memakan makanan haram bisa membuat kita futurrr :D

5. Bersahabat dengan orang-orang yang buruk akhlaknya
Gimana jadinya kalau kita bergaul dengan tukang pandai besi? ya kita bakal kecipratan baunya. Kalau dengan tukang minyak wangi? Ya kita akan terbawa wangi. Iya gak? Makanya kita harus pandai memilih teman. Berteman dengan siapapun boleh, tapi kita tetap perlu punya teman-teman yang bisa menjaga kita dari kefuturan. Ya, kayak temen saya Atid! Setelah berdiskusi dengan beliau, saya menjadi lebih termotivasi. Hehe

6. Berbuat kemaksiatan
Wah, tampaknya sumbangsih terbesar kefuturan adalah dari point terakhir ini. Sekali berbuat maksiat, maka setitik noda akan menoreh hati. Semakin sering kita berbuat maksiat, maka hati kita akan mati. Tentu saja, dengan hati yang mati, kita akan sulit dekat dengan Allah which is called Futur tingkat Dewa! Naudzubillah.


Hmmm, lalu bagaimana terapi kefuturan?
Banyak terapi yang dapat dilakukan. Salah satunya adalah dengan menghindari keenam point di atas, yakni:
  1. Hindari berlebih-lebihan dalam melakukan hal yang mubah
  2. Banyak mengingat akhirat
  3. Memantapkan amalan harian (sholat sunah, tilawah, shaum, dll)
  4. Menghindari memakan makanan haram
  5. Punya teman yang baik akhlaknya
  6. Menghindari perbuatan maksiat.
Selamat mencoba, kawans!



Seringkali, apa yang kunasehatkan adalah untuk memperbaiki orang lain setelah diriku sendiri 
Apa yang kularangkan adalah untuk menjaga orang lain setelah diriku sendiri  
Dan apa yang kutuliskan adalah untuk mengingatkan orang lain setelah mengingatkan diriku sendiri 
Bandung, 20 Juni 2011

No comments:

Post a Comment